Membedah Sisi Psikologis Dokter Pelaku Kebakaran Maut Gegara Asmara

 


Jakarta - Seorang wanita inisial MA yang berprofesi sebagai dokter tega menghabisi pacar beserta dua keluarga pacarnya. MA membunuh ketiga korban dengan membakar bengkel milik pacarnya dengan bensin. BEST PROFIT

Psikolog Forensik Reza Indra Giri menyebut tindakan pembakaran yang dilakukan MA tergolong sebagai agresi emosional. Reza menyebut tindakan MA sebagai bentuk ekspresi marah yang dahsyat kepada korban. BESTPROFIT

"Karena kabarnya didahului cekcok, maka perilakunya tergolong sebagai agresi emosional. Ini bukan kekerasan untuk memperoleh manfaat instrumental, tapi sebagai ekspresi amarah yang dahsyat," kata Reza saat dihubungi, Rabu (11/8/2021). PT BESTPROFIT

Reza lantas menyinggung apa sebetulnya alasan di balik aksi pembakaran yang menewaskan tiga orang di sebuah bengkel di Tangerang tersebut. Menurutnya jika MA memang berencana menghabisi 3 orang sekaligus, maka tindakannya juga dapat dikategorikan sebagai mass murder. PT BEST PROFIT

"Yang perlu didalami adalah apakah pelaku berniat membunuh atau kah mencederai atau kah membuat kerugian finansial pada sasaran? Juga, berapa banyak target manusia yang pelaku incar? Jika dia berencana menghabisi tiga orang sekaligus dalam satu kali gebrak, maka ini bisa dikategori sebagai mass murder. ekstrem memang," ucapnya. PT BESTPROFIT FUTURES

Lebih lanjut, Reza mengungkit profesi dokter yang diemban oleh MA. Menurutnya tindakan MA semakin terlihat dramatis lantaran berprofesi sebagai dokter yang seharusnya menjadi sosok yang menyembuhkan. BEST PROFIT FUTURES

"Sepertinya, status atau profesi pelaku membuat kejadian ini semakin dramatis. Dokter, lazimnya, dianggap sebagai sosok yang menyembuhkan atau menghidupkan. Tapi aksinya justru sebaliknya," ujarnya. PT BEST PROFIT FUTURES

Lebih jauh, Reza mengungkap ada beragam alasan di balik pembunuhan yang dilakukan MA terhadap pacar dan keluarga pacarnya. Alasan itu beragam mulai dari malu akibat penolakan hingga rasa sedih. "Serbaneka perasaan negatif: malu, takut, marah, sedih," imbuhnya.

Kemudian Reza juga membahas terkait cara MA membunuh dengan membakar. Dia menyebut ada 2 maksud MA melakukan pembakaran yakni pelaku merasa kalah secara fisik jika berhadapan langsung atau pelaku ingin memberikan efek rusak yang maksimal terhadap korban.

"Caranya membunuh, tadi saya pertanyakan, apakah intent-nya memang membunuh? Anggaplah ya. Maka pemilihan instrumen kejahatannya sudah pas; pelaku tidak harus berkonfrontasi secara frontal dengan target. Secara fisik, dia kalah. Jadi memang perlu pakai instrumen yang bisa mengatasi kelemahannya itu. Tapi kalau dia bermaksud merusak (saja), maka pemilihan instrumen didasarkan pada kalkulasi bahwa instrumen mengakibatkan efek destruktif maksimal," tutur Reza.

sumber detik

Komentar