"(Varian Delta) menjadi lebih mematikan karena lebih efisien dalam cara penularan antar manusia. Dan pada akhirnya akan menemukan individu-individu yang rentan yang akan menjadi sakit parah, harus dirawat di rumah sakit dan berpotensi meninggal," kata Direktur Eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan WHO, Dr Mike Ryan, dikutip dari CNBC, Selasa (22/6/2021).
Oleh karena itu, Dr Mike meminta para pemimpin dunia dan pejabat kesehatan masyarakat untuk segera melakukan donasi dan pendistribusian vaksin.
"Varian Delta ini lebih cepat, lebih 'bugar', akan memilih yang lebih rentan lebih efisien daripada varian sebelumnya. Dan, oleh karena itu jika ada orang yang dibiarkan tanpa vaksinasi, mereka tetap berada pada risiko lebih buruk," jelas Dr Ryan.
Sejak Mei 2021 lalu, WHO sudah mengklasifikasikan varian Delta sebagai 'Variant of Concern' atau VoC. Sebab, varian Delta terbukti lebih mudah menular dari varian aslinya yang diidentifikasi di Wuhan, China.
Pejabat teknis WHO untuk COVID-19, Maria Van Kerkhove, mengatakan varian ini sudah menyebar di 92 negara. Di dalamnya termasuk Amerika Serikat, Inggris, dan juga Indonesia.
Selain itu, Maria mengungkapkan adanya laporan bahwa varian Delta ini bisa menyebabkan gejala yang lebih parah, meski diperlukan penelitian lebih lanjut. Varian ini juga disebut bisa memicu gejala yang berbeda dari varian lainnya.
"Tidak ada varian yang benar-benar menemukan kombinasi penularan dan kematian yang tinggi. Tetapi, varian Delta adalah virus yang paling mampu, tercepat, dan terkuat dari virus-virus itu," jelas Maria.
sumber detik
Komentar
Posting Komentar